Beranda | Artikel
Ibnu Taimiyah dan Ahlul Bait
Jumat, 30 Oktober 2015

Ibnu Taimiyah & Ahlul Bait

Benarkah Ibnu Taimiyah memenci ahlul bait? Sampai menyebut, Sayyidina Ali gagal dan selalu sial, berperang hanya untuk dunia. Apa ini benar?

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Berfikirlah seribu kali ketika seseorang memberi komentar miring kepada ulama, karena darah dan kehormatan mereka beracun. Ibnu Asakir menyatakan,

لحوم العلماء مسمومة

“Daging para ulama itu beracun.” (at-Tabyin, hlm. 29)

Allah berfirman,

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

“Orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. al-Ahzab: 58)

Jika menuduh orang beriman secara dusta, Allah sebut sebagai tindakan dosa, bagaimana jika yang dituduh ulama, orang mukmin yang berjasa bagi mukmin yang lain. Sementara beliau tidak pernah mengatakannya, apalagi mengajarkannya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ulama besar yang didzalimi. Terutama orang-orang Syiah, karena dendam mereka kepada beliau.

Diantara yang menunjukkan kehebatan mereka di hadapan ulama lainnya, kita bisa lihat, pujian al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani. Beliau sampai dengan ungkapan hiperbol,

وشهرة إمامه الشيخ تقي الدين ابن تيمية أشهرُ مِنَ الشَّمس، وتلقيبُه بشيخ الإسلام في عصره باقٍ إلى الآن على الألسنة الزكيَّة، ويستمر غدًا كما كان بالأمس، ولا يُنكِرُ ذلك إلَّا من جهل مقداره، أو تجنَّب الإنصاف

Syaikh Taqiyuddin Ibnu Taimiyah, posisi beliau sebagai Imam sudah dikenal, lebih dikenal dari pada matahari. Gelar beliau beliau sebagai Syaikhul Islam di zamannya, masih dikenal hingga sekarang, diucapkan oleh lisan-lisan orang baik. Dan kedepan, gelar ini akan terus bertahan sebagaimana yang kemarin. Dan tidak ada yang mengingkari kemuliaan beliau, kecuali orang yang bodoh dengan kedudukan beliau atau orang yang tidak adil dalam menilai. (al-Jawahir wa ad-Durar, 2/734).

Aqidah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang Ahlul Bait

Pertama, Ali bin Abi Thalib adalah khalifah ar-Rasyid

Ibnu Taimiyah menjelaskan,

والصحيح الذي عليه الأئمة أن علياً رضي الله عنه من الخلفاء الراشدين بهذا الحديث – يقصد حديث سفينة – ، فزمان علي كان يسمي نفسه أمير المؤمنين والصحابة تسميه بذلك

Yang benar, yang menjadi aqidah para ulama bahwa Ali radhiyallahu ‘anhu termasuk kulafaur rasyidin, berdasarkan hadis dari Safinah. Di zaman Ali, beliau menyebut dirinya sebagai Amirul Mukminin dan para sahabat juga mengakui beliau sebagai amirul mukminin.

Lalu Syaikhul Islam menyebutkan keterangan Imam Ahmad,

، قال الإمام أحمد بن حنبل رحمه الله : و من لم يربع بعلي رضي الله عنه في الخلافة فهو أضل من حمار أهله

Imam Ahmad mengatakan, “Siapa yang tidak mengurutkan Ali sebagai khalifah yang keempat, maka dia lebih bodoh dari pada khimar di rumahnya.” (Majmu’ Fatawa, 4/479)

Kedua, pembelaan Ibnu Taimiyah kepada sahabat Ali radhiyallahu ‘anhu,

Ibnu Taimiyah mengatakan,

وكذلك علي رضي الله عنه، لم يتخاصم طائفتان في أن غيره أحق بالإمامة منه ، وإن كان بعض الناس كارهاً لولاية أحد من الأربعة فهذا لابد منه فإن من الناس من كان كارهاً لنبوة محمد صلى الله عليه وسلم ، فكيف لا يكون فيهم من يكره إمامة بعض الخلفاء

Demikian pula Ali radhiyallahu ‘anhu, tidak ada orang yang berbeda pendapat bahwa ada selain Ali (yang hidup di zaman Ali) yang lebih berhak untuk menjadi khalifah dari pada Ali. Meskipun sebagian orang membenci kekhalifahan salah satu dari empat khulafa’ ar-Rasyidun. Dan itu wajar terjadi. Karena ada juga manusia yang tidak suka dengan kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga bagaimana mungkin mengingkari keberadaan orang yang tidak suka dengan salah satu khulafa’ rasyidin. (Minhaj as-Sunah, 6/329)

Ketiga, Ali, sahabat paling mulia  setelah 3 khulafa rasyidin sebelumnya.

Ibnu Taimiyah menegaskann,

وليس في الصحابة بعدهم ( الخلفاء الثلاثة ) من هو أفضل من علي ، ولا تُنازع طائفة من المسلمين بعد خلافة عثمان في أنه ليس في جيش علي أفضل منه

Di tengah sahabat setelah tiga khalifah, tidak ada yang lebih afdhal dari pada Ali. Dan tidak ada kelompok kaum muslimin setelah kepemimpinan Utsman yang menolak bahwa di tengah pasukan Ali, tidak ada yang lebh afdhal dari pada Ali. (Minhaj as-Sunah, 6/330)

Keempat, Semua lawan Ali adalah muslim dan Ali lebih benar

Ibnu Taimiyah mengatakan,

ثبت بالكتاب و السنة إجماع السلف على أنهم – علي وخالفوه – مؤمنون مسلمون وأن علي بن أبي طالب والذين معه كانوا أولى بالحق من الطائفة المقاتلة له

Dalil Al-Quran, sunah dan ijma’ salaf, bahwa mereka (Ali dan orang yang tidak setuju dengan Ali), semuanya mukmin – muslim. Hanya saja, Ali dan pasukan yang membelanya, lebih mendekati kebenaran dibandingkan mereka yang melawan Ali. (Majmu’ al-Fatawa, 4/433)

Allahu a’lam, dari mana tuduhan dusta itu berasal?. Sementara aqidah Syaikhul Islam tentang Ali sama seperti aqidah yang dimiliki oleh semua ulama ahlus sunah. Kecuali jika orang yang menuduh ini ingin menanamkan kebencian umat islam kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

Semoga Allah menyelamatkan kita dari bahaya tuduhan dusta dan kesestan yang dihembuskan musuh islam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/25908-ibnu-taimiyah-dan-ahlul-bait.html